Nasihat Syaikh DR. Solih bin Fauzan Al-Fauzan Untuk Pengaku Salafi

08.17
Tulisan kali ini akan mengajak kita kepada suatu pemahaman tentang apa yang harus kita ikuti dan apa yang harus kita perbaiki dalam kekeliruan-kekeliruannya. Tulisan ini hanya sekadar menyalin dari sebuah buku yang berjudul “Jagalah Dakwah Salaf (Jangan Dikotori!)”. Bukan atas dasar pendapat pribadi atau kelompok. Semoga menjadi nasihat yang baik untuk kita semua. Berikut nukilannya:

Apa masalah pokok pada para pengaku Salafi tersebut?

Jawaban:
Pokok masalah yang fundamental pada mereka adalah syubhat atau syahwat mereka. Mereka membatasi manhaj salaf hanya pada masalah-masalah tertentu menurut pemahaman orang tertentu atau beberapa orang tertentu di masa kini.

Orang yang berbeda pendapat dengan mereka tentang masalah-masalah tersebut –yang pada umumnya tidak keluar dari masalah-masalah ijtihadiyah yang diakui keberadaannya– dianggap sebagai orang yang keluar dari manhaj Salaf, menentang ahli tauhid dan sunnah dan mendukung ahli hawa nafsu dan bid’ah. Hal itu terjadi karena mereka tidak memahami tata cara menghadapi orang yang berseberangan dengan keinginan mereka.

Yang benar dan adil dalam masalah itu adalah Dakwah Salafiyah merupakan manhaj yang komprehensif dan lengkap dalam bidang aqidah, fiqih, perilaku, ibadah, akhlak, dakwah, ilmu pengetahuan, pendidikan, penulisan, pengklasifikasian, penyampaian kritik dan penilaian terhadap orang lain.

Orang yang mempraktikkan manhaj Salaf secara lengkap dan komprehensif adalah seorang Salafi sejati. Sedangkan orang yang mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain adalah seorang Salafi pada masalah yang diambilnya dan kami minta untuk mengambil sisanya.

Syaikh DR. Solih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhohulloh mengatakan:
“Ada orang yang mengaku sebagai penganut madzhab Salaf, tetapi berbeda perilaku dengan mereka. Ia berlebih-lebihan, menambah-nambah dan keluar dari jalur yang ditempuh oleh generasi Salaf. Dan ada pula orang yang mengaku sebagai penganut madzhab Salaf, tetapi sangat gegabah, ceroboh dan hanya mengaku-ngaku.

Penganut manhaj Salaf selalu berada di tengah-tengah dan berjalan lurus di antara ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith (ceroboh/menyepelekan).

Inilah jalan yang ditempuh oleh generasi Salaf; tidak berlebih-lebihan dan tidak ceroboh. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang yang mengikuti generasi mereka dengan baik..” (QS. At-Taubah: 100)

Jika Anda mau mengikuti generasi Salaf, Anda harus mengetahui jalan yang mereka tempuh. Anda tidak mungkin bisa mengikuti generasi Salaf tanpa mengetahui jalan yang mereka tempuh dan menguasai manhaj mereka dengan baik. Anda tidak mungkin bisa melalui jalan mereka tanpa mengetahui jalan tersebut.

Anda tidak bisa menisbatkan kepada mereka apa yang tidak pernah mereka katakan dan mereka yakini. Anda tidak boleh mengklaim: “Ini adalah madzhab Salaf” seperti kata sebagian orang bodoh –sekarang– yang menamakan diri Salafi kemudian berbeda perilakunya dengan generasi Salaf, bersikap keras, suka mengkafirkan, memfasikkan dan membid’ahkan.

Para ulama Salaf –dahulu– tidak pernah membid’ahkan, mengkafirkan dan memfasikkan kecuali dengan dalil dan argumen yang kuat, bukan berdasarkan hawa nafsu dan kebodohan. Sementara Anda membuat satu garis dan berkata, “Siapa yang menyalahi garis ini adalah ahli bid’ah dan sesat”.

Bukan begitu saudaraku! Itu bukan manhaj generasi Salaf.

Manhaj generasi Salaf adalah ilmu dan amal. Menguasai ilmu dulu kemudian beramal sesuai dengan petunjuk. Kalau Anda ingin menjadi seorang Salafi sejati, Anda harus mempelajari madzhab Salaf secara mendalam dan menguasainya dengan baik, kemudian mengamalkannya tanpa sikap berlebihan-lebihan dan tanpa kecerobohan.

Inilah manhaj Salaf yang benar. Sedangkan mengaku-ngaku dan menisbatkan  diri tanpa fakta hanya akan merugikan dan tidak menguntungkan.”[1]

Kepada mereka saya katakan:
“Jadilah penyeru bukan pengaku. Serukanlah ajaran Salaf yang sejati dalam bentuk ucapan dan perbuatan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, tanpa sikap berlebih-lebihan dan tanpa kecerobohan. Jangan hanya mengaku-ngaku sebagai Salafi dalam ucapan, tanpa diikuti dengan perbuatan.”

Ùˆَالدَّعَا ÙˆَÙ‰ Ù…َا Ù„َÙ…ْ ÙŠُÙ‚ِÙŠْÙ…ُوا عَÙ„َÙŠْÙ‡َا * بَÙŠِّÙ†َاتٍ Ø£َبْÙ†َاؤْÙ‡َا Ø£َدْعِÙŠَاءُ
“Segala klaim (pengakuan) sepanjang belum ditunjukkan bukti-bukti atasnya. Maka anak-anaknya adalah anak angkat.”

Disalin dari Buku "Jagalah Dakwah Salaf (Jangan Dikotori!)" oleh Abdul ‘Aziz bin Saryan Al-Ushaimi, DR. Khalid bin Utsman As-Sabt. Dengan judul asli Kasyful haqa’iq Al-Khafiyyah ‘Inda Mudda’is Salafiyah. Diterjemahkan oleh: Najib Junaidi, Wafi Marzuki. Cetakan Pustaka Elba, 2008, Surabaya. Halaman 38-42.




[1] Diambil dari jawaban yang diberikan oleh Syaikh DR. Solih bin Fauzan Al-Fauzan atas pertanyaan audiens dalam Syarhul Aqidah Ath-Thahawiyah pada tahun 1425 H yang didokumentasikan dalam bentuk kaset. 

Artikel Terkait

Previous
Next Post »