Tausiyah DPA HASMI (Ust. Dr. M. Sarbini, M.H.I) Dalam Sosialisasi Paradigma Dakwah HASMI Masa Depan

23.46

KONSOLIDASI DAN SOSIALISASI PARADIGMA DAKWAH HASMI MASA DEPAN

Berikut saya ringkaskan ceramah tausiyah Dewan Pembina (DPA) HASMI dalam acara Konsolidasi dan Sosialisasi Paradigma Dakwah HASMI Masa Depan pada hari Rabu, 31 Mei 2017 di Masjid Ali bin Abi Thalib Bogor.

Pertama: Tausiyah Ust. Ali Maulida, S.S., M.Pd.I
Satu tema yang penting untuk kita angkat, bahwa tidak terasa HASMI saat ini sudah memasuki usia yang cukup. Walaupun jika dibandingkan dengan harakah dakwah di Indonesia, HASMI masih terlalu muda. 12 tahun adalah usia yang kiranya cukup banyak perjalanan yang kita lalui. Dan alhamdulillah sejak awal kelahirannya, HASMI selalu berputar bersama umat karena memang kehadiran kita adalah untuk mengawal mereka. Dan kita menjadi bagian dari mereka. Oleh karena itu, dunia keumatan harus selalu menjadi perhatian kita.

Di tahun-tahun terakhir kita rasakan betapa dinamika umat Islam mengalami putaran yang sangat puncak. Apa yang tidak kita pikirkan di lima tahun yang lalu, ternyata hari ini terjadi dan nyata karena putaran yang sangat kuat. Karena itu kita harus lebih kuat lagi untuk memikirkan yang terbaik demi menyelamatan jiwa-jiwa kita dan umat yang kita cintai dari ancaman musuh Islam. Keselamatan adalah jalan yang harus kita tempuh dan kita cari. Dan program-program penyelamatan umat harus menjadi misi dakwah kita.

Kita tinggal di Indonesia, negeri yang sangat berragam. Di dalam tubuh umat Islam sendiri pun banyak sekali dinamika yang dapat kita lihat. Ini membutuhkan sebuah program terbaik untuk memberikan pelayanan terbaik kepada umat. Dengan dinamika yang sedemikian rupa, mengharuskan kita melakukan perubahan-perubahan. Perubahan yang dilakukan bukan pada inti dakwah ini.

Pengawalan umat ahlussunnah wal jama’ah di Indonesia harus menjadi misi bersama. Karena jalan satu-satunya untuk meraih kebahagiaan adalah di atas manhaj yang benar ini.

Pergeseran pardigma adalah sebuah kemestian. Tidak ada manusia hidup yang tidak berubah. Sepanjang dia menjadi manusia pasti akan mengalami pergeseran paradigma dalam hidupnya.

Setelah siang akan datang saatnya berganti menjadi malam. Setelah terbit matahari akan datang saatnya berganti cahaya bulan. Apalagi sebuah harakah, suatu kumpulan dari manusia, tentu sangat logis untuk terus berubah. Jadi jangan takut untuk terus berubah. Karena perubahan yang positif akan meraih kesuksesan yang lebih besar. Jangan takut dengan perubahan, yang penting misi besar kita tetap, yaitu mengawal umat meniti manhaj ahlussunnah wal jama’ah.

Kedua: Tausiyah Ust. Supendi, S.Sy
Berbicara tentang perubahan, maka kita lihat alam ini tabiatnya berubah, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Seperti cara berfikir, paradigma, program dan lain sebagainya, itu berubah. Artinya kita harus selalu siap dalam menghadapi perubahan itu. Karena kalau kita melawan tabiat yang ada atau tidak siap berubah, maka kita akan tertinggal oleh zaman.

Dahulu kaum muslmin berperang menggunakan pedang. Sedangkan saat ini musuh-musuh berperang dengan senjata canggih, jika kita tetap menggunakan pedang atua panah, maka kita akan kalah. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam,  ketika berperang beliau beradaptasi terhadap musuhnya. Beliau menggunakan baju besi, beliau menggunakan pedang dan lain sebagainya. Karena saat itu teknologi tercanggih adalah itu. Setelah langkah-langkah penyesuaian tersebut, Allah pun menurunkan pertolongan-Nya.

Jadi kita tak perlu khawatir untuk menghadapi perubahan dan bahkan kita akan menikmati perubahan-perubahan tersebut. Caranya adalah dengan bersikap husnuzon dan optimis.

Termasuk kita di HASMI, harus siap berubah. Apapun itu! Selama tidak merubah pokok-pokok dari visi dan misi dakwah ini. Ba’dallahi Ta’ala, yang menjadikan organisasi ini esksi sampai hari ini adalah karena perubahan demi perubahan.


Ketiga: Tausiyah Ust. Dr. M. Sarbini, M.H.I
Di dalam fikih ada masa pra antara bayi dengan baligh yang dikenal dengan mumayyiz. Ada hukum-hukum tertentu yang membedakan antara anak kecil yang mumayyiz dengan anak kecil yang belum mumayyiz walaupun sama-sama belum baligh. Ada umur mumayyiz, antara 9 sampai 11 tahun. Jadi umur HASMI baru mencapai umur mumayyiz, yakni umur yang sudah mampu membedakan mana yang baik dan mana yang kurang baik.

Dulu kita menganggap seolah-olah nama adalah sesuatu yang harus diperjuangan sampai titik darah penghabisan. Di sisi lain nama pun melambangkan substansi visi dan misi yang sedang diemban. Bukan pada aksesoris atau nama. Misi yang sesungguhnya adalah mendakwahkan ummat untuk selamat di dunia dan selamat dari api neraka serta masuk ke dalam surga Allah Subhanhu wa Ta’ala.

Kita harus mengerti besar bahwa HASMI didirikan dan dibentuk dalam rangka membawa ummat manusia menjadi hamba Allah yang berbahagia, menggandeng mereka ke jannah-Nya. Kalau bukan itu, tak mungkin kita akan berada di tempat ini. Apapun bisa kita korbankan demi cita-cita besar itu, jika memang menjadi penghalang besar bagi perjalanan visi dan misi dakwah.

Kalau Anda menaiki perahu, maka tujuan Anda bukanlah perahu itu. Tujuan Anda adalah sampai di suatu tempat dengan menggunakan perahu itu. Kalau Anda menyelamatkan diri di benteng, maka tujuan Anda bukan hidup di benteng tersebut. Tidak ada hal yang harus menjadi komitmen kita kalau benteng dan perahu tersebut malah menjadi penghalang begi keselamtan kita dan tujuan kita. Seharusnya benteng dan perahu itu menjadi penyelamat dan pengantar sampai tujuan kita.

Semakin hari kita melihat upaya orang-orang yang hendak menghalangi setiap personal insan manusia, semakin masif. Semua budaya-budaya kekufuran dan kesyirikan semakin dieskpose dan dibiayai sangat besar oleh dunia internasional. Bukan rahasia tertutup, tapi sudah menjadi rahasia umum. Di jalan-jalan, di TV-TV dan seterusnya.

Ini berarti menjadi suatu bagian besar misi HASMI untuk menyelamatkan seluruh komponen masyarakat menuju benteng-benteng dan perahu-perahu keselamatan. Walaupun bukan hanya kita yang sedang berjuang.

Untuk itu semua upaya yang membuat orang lain merasa risih untuk masuk ke dalam perahu atau benteng, baik aksesoris atau apapun, akan kita rubah.

Dewan syuro HASMI memandang masa depan dakwah ini. Bahwa ummat membutuhkan perahu dan benteng seluas-luasnya untuk menyelamatkan diri dari bahaya kehidupannya.

Kita sudah mulai mumayyiz, mudah-mudahan setelah itu menjadi baligh dan bertambah matang.

Aksesoris tidak akan dinilai di sisi Allah, yang dinilai adalah komitmen dakwah kita di atas manhaj ahlussunnah wal jama’ah sampai titik nafas terakhir.


Info Terkait:


Artikel Terkait

Previous
Next Post »